https://teamromany.com/ LAS VEGAS, AS – Insiden Naoya Inoue terjatuh di kanvas saat menghadapi Ramon Cardenas menjadi sinyal bahaya bagi sang “Monster KO” untuk tidak gegabah menantang kelas bulu. Dalam pertarungan yang berlangsung Minggu malam di T-Mobile Arena, Las Vegas, Amerika Serikat, Ramon Cardenas berhasil menjatuhkan Naoya Inoue pada ronde kedua.
Momen tersebut seolah menjadi pengingat bahwa Naoya Inoue mungkin telah mencapai batas maksimal kekuatannya dan sebaiknya tidak mencoba melampaui divisi bantam super 55,3 kilogram untuk melawan petinju yang secara fisik lebih besar dan lebih kuat di kelas bulu 57,1 kilogram. Meskipun demikian, sekali lagi, “The Monster” berhasil membuktikan ketangguhannya. Sebelumnya, ia juga pernah dipukul jatuh oleh Luis Nery, namun mampu bangkit dan memenangkan pertarungan. Setelah dua malam yang diwarnai kekecewaan akibat pertarungan-pertarungan “super” yang antiklimaks karena keengganan petinju kelas dunia untuk bertarung secara agresif, Naoya Inoue (30-0, 27 KO) yang tampak fokus, memasuki ring dan disambut gemuruh antusias para penggemar yang haus menyaksikan dominasinya di Amerika untuk pertama kalinya dalam empat tahun terakhir.
Inoue, tentu saja, diunggulkan secara signifikan saat berhadapan dengan Ramon Cardenas (26-2) yang belum teruji. Namun, kejadian pada Minggu malam kembali mengingatkan bahwa kejutan selalu mungkin terjadi ketika dua petinju terlatih saling bertukar pukulan. Setelah ronde pembuka yang menjadi ciri khas Inoue, di mana ia melancarkan berbagai serangan keras dari sudut-sudut tak terduga, ia tiba-tiba tersungkur akibat hook kiri keras dari Cardenas di ronde kedua. Seketika setelah menyentuh kanvas, Inoue bangkit berlutut, menatap timnya, meyakinkan mereka bahwa ia baik-baik saja, dan kemudian menyaksikan wasit memberikan hitungan hingga delapan. Tatapan matanya jernih dan raut wajahnya tenang, namun saat ia berdiri dan bel akhir ronde berbunyi, ia mengayunkan lengannya dengan frustrasi, seolah mengisyaratkan, “Sial, jangan sampai terulang.” Di sudut ring, ayah sekaligus pelatihnya memberikan instruksi yang terdengar sedikit panik sebelum mengirim putranya kembali untuk ronde berikutnya. Sepanjang akhir pekan, terlihat pola yang mengkhawatirkan dari para petinju yang tampak puas mencoba meraih kemenangan KO di setiap kesempatan, namun kemudian enggan untuk mengambil risiko menyerang.
Sebagai contoh, saat Ryan Garcia terjatuh di ronde kedua dalam pertarungan mewahnya di Times Square pada Jumat malam, ia bangkit dari kanvas dengan ekspresi terkejut dan tampak tidak berniat untuk membalas. Devin Haney, meskipun memiliki keunggulan jelas dalam kecepatan tangan dan, secara mengejutkan, dalam hal kekuatan, menolak untuk berhenti bergerak dari sisi ke sisi untuk benar-benar melukai lawannya. Canelo Alvarez juga tidak pernah benar-benar berinisiatif untuk maju dan mungkin menerima beberapa pukulan demi mendaratkan pukulan-pukulan besarnya untuk mengakhiri pertarungan. Tentu saja, hal ini tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi pada Inoue.
Para penggemar “The Monster” sangat antusias menyaksikannya bertarung karena ia tidak gentar menghadapi kemungkinan KO, menerima tantangan di divisi baru, atau berusaha meraih kemenangan “sempurna”. Ia bahkan pernah menyatakan bahwa ia bisa saja memilih untuk menjadi petinju out-boxer, bertahan dan bergerak, serta meraih kemenangan melalui poin. Namun, ia secara sadar menolak pilihan tersebut. Ronde ketiga dimulai, dan meskipun baru saja mengalami knockdown di detik-detik terakhir ronde sebelumnya, Inoue tidak melarikan diri. Ia tidak hanya bertahan, dan ia juga tidak ragu untuk menyerang. Ia melakukan apa yang ia lakukan saat dipukul jatuh oleh Luis Nery, dan saat ia terluka saat melawan Nonito Donaire. Ia bertarung dengan semangat membara, membalas serangan dengan serangan yang sama dahsyatnya, sambil tetap waspada terhadap pukulan yang sebelumnya menjatuhkannya. Cardenas awalnya dengan senang hati meladeni pertarungan adu pukul, dan bahkan berhasil mendaratkan beberapa pukulan keras, namun seperti yang sering terjadi, Inoue mulai mendominasi pertukaran serangan. Akhirnya, Inoue berhasil menjatuhkan Cardenas pada ronde ketujuh, dan mengamankan kemenangan TKO pada ronde kedelapan. Meskipun beberapa pihak di dunia maya berpendapat bahwa laga ini dihentikan terlalu cepat, jelas terlihat bahwa Inoue mulai menggempur lawannya, dan membiarkannya berlanjut hanya akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah dan tidak perlu. Selain itu, tim sudut Cardenas sendiri telah mengisyaratkan untuk menghentikan pertarungan, sehingga intervensi wasit hanya sedikit mempercepat kejadian yang tak terhindarkan. Melihat berbagai reaksi di dunia maya, beberapa pelajaran penting dapat ditarik. Pertama, sebagian besar penggemar lebih memilih menyaksikan seorang petinju elite tersungkur dalam perjalanannya menghancurkan lawan daripada melihat petinju menang dengan bermain aman. Canelo seharusnya bisa mengambil beberapa risiko untuk masuk ke jangkauan. Haney bisa saja melancarkan kombinasi yang lebih agresif. Ryan seharusnya melawan balik dengan lebih gigih. Bahkan Teofimo Lopez seharusnya tidak mundur dari pertarungan melawan pria yang jelas lebih kuat darinya. Inoue tidak hidup di bawah tekanan. Ia sangat menyadari penampilannya yang kurang memuaskan dalam dua malam sebelumnya, dan telah berulang kali menyatakan bahwa ia lebih tertarik memberikan pertunjukan yang menghibur daripada meraih kemenangan “sempurna”.